Kamis, 28 Juli 2016

Teks Drama (Pengertian, Struktur, Unsur, dan Contoh Teks Drama)

Teks Drama (Pengertian, Struktur, Unsur, dan Contoh Teks Drama)

Pengertian Teks Drama

Teks Drama adalah suatu teks cerita yang dipentaskan di atas panggung (disebut teater) atau tidak dipentaskan di atas panggung (drama radio, telivisi, film). Drama secara luas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.


Struktur Teks Drama

Berikut adalah 3 struktur yang membangun sebuah teks drama:
Prolog (adegan pembukaan).
Dialog (percakapan).
Epilog (adegan akhir atau penutup).


Unsur-Unsur Drama

Alur, merupakan rangkaian alur terjadinya drama.
Amanat, pesan nasihat yang terkandung dalam cerita drama.
Tokoh, pelaku yang memerankan seorang tokoh dalam cerita. Penokohan adalah penggambaran watak setiap tokoh. Ada tiga macam tokoh: (1) protagonis tokoh yang meampilkan kebaikan, (2) Antagonis tokoh jahat atau tokoh penentang kebaikan, (3) Tirtagonis tokoh pendukung protagonis.
Tema, adalah ide pokok cerita (gagasan).
Latar, merupakan tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam drama.
Aneka sarana kesastraan dan kedramaan yang mendukung penampilan pelaku dalam suatu drama, misalnya tata panggung dan tata rias


Contoh Teks Drama 1

Liontin

Setting di pinggir jalan disebuah kota yang cukup ramai penduduk. Dengan aktivitas lalu lintas yang cukup padat. Di sore hari. Ramainya suasana di tempat itu muncul seorang remaja yang membawa karung dengan pakaian lusuh dan dekil. Ia berlari sambil berteriak-teriak menuju tengah panggung. Ia merasa kebingungan dan tidak percaya.

Dito muncul dari kejauhan. Ia mengejar Emaknya dan mengambil liontin yang terletak di meja penjual.

Dito     : Emak.... kembalikan ini milikku
Emak   : Apa-apaan kamu ini?
Dito     :Tidak bisa mak, emak tidak bisa menjualnya. Ini barang hasil temuan, tidak jelas pemiliknya
              siapa
Emak    : Sekarang benda itu milik emak, tahu!
Dito      : Bukan mak, ini kepunyaan pemiliknya
Emak    : Iya, emak sekarang yang jadi pemiliknya
Dito      : Tidak bisa mak, titik!
Penjual : Haduh, gimana ini? Jadi atau tidak menjualnya
Emak    : Jadi
Dito      : Tidak
Emak    : Apa-apaan kamu ini? Sok tahu. Dengan uang hasil penjualan benda ini kita bisa menutupi
               kebutuhan kita selama sebulan
Dito      : Tidak emak, kata Pak Ustad menjual barang yang bukan milik kita itu haram mak
Emak    : Ah! Jangan ceramahi emak. Kamu itu masih seumur jagung nak!
Dito      : Katanya itu dosa besar emak. Aku tidak ingin emak masuk neraka Mak!
Emak    : Dito, kamu ini bicara soal dosa. Kamu sekolah saja tidak, tahu apa kamu tentang dosa.
               Orang yang makan bangku sekolah hingga menjadi pejabat saja tak paham akan dosa
Dito      : Tapi mak!
Emak    : Sudah, tidak usah kamu pikirkan. Tidak ada yang merasa dirugikan kali ini. Pemiliknya saja
               mungkin sudah mengikhlaskan benda ini. Toh dia pikir, ia tidak sengaja menjatuhkannya.
               Sudahlah Dito turut saja kata emak.
Penjual  : Iya nak benar sekali kata emakmu. Toh koruptor saja yang merugikan bangsa dan seluruh
                rakyat masih bebas berkeliaran. Mereka masi bisa bersenang-senang. Petantang-petenteng
                dengan uang yang bukan miliknya
Dito       : Dito tidak bisa mak. Dito tidak mau dibesarkan dengan uang haram
Emak     : Kayak orang suci saja kamu ini Dito. Makanya jangan suka bergaul denga orang-orang
                aneh itu.
Dito       : Bukan begitu mak, mereka mengajarkan Dito hal yang benar
Emak     : Sudah, jangan sok mengajari Emak. Tahu apa kamu soal ini. Kamu mau bilang Emak
                serakah, Terserah!
Dito       : Bukan begitu! (diam) Tapi Mak!
Emak     : Walah, tidak usah tapi-tapian. Kembalikan saja liontin itu pada mak
Penjual  : Haduh, mengapa kalian ribut. Jadi atau tidak menjualnya
Emak     : Jadi
Dito       : Saya tetap tidak akan menjualnya
Penjual  : Sudahlah, dari pada kalian ribut. Sebaiknya kalian pulang dulu. Besok datang lagi saja. Jika                 memang ingin menjual liontin ini
Emak    : Kami akan menjualnya kok!
Penjual  : Kalo mau dijual yah silakan
Dito       : Aku tidak mau, akan ku kembalikan dan ku serahkan pada pemilikinya
Emak     : Memangnya kamu tahu pemiliknya?
Dito       : Tidak, tapi yang jelas saya tidak akan menjualnya (pergi)

Menentukan karakter tokoh

Tokoh Emak : karakter tokoh emak bersifat logis, karena ingin memenuhi kebutuhannya ia bersikeras                         menjual barang yang bukan miliknya
Tokoh Dito   : Berusaha bersifat jujur, ia tidak mau menjual barang yang bukan menjadi haknya
Penjual          : merasa bingung karena tokoh Dito dan Emak yang ingin menjual kalung emasnya,


Contoh Teks Drama 2

Sahabat Sejati

Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Budi duduk sendiri disamping Banu.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat kebingungan dan kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Budi, Banu, Sita dan Dini.
Banu:      “Din, aku minta jawaban soal nomor  5 dan 6!”
Dini:         “A dan C”
Sita:         “kalau soal nomor 10,11 dan 15 jawabannya apa Ban?
Banu:      “10 A, 11 D, nomor 15 aku belum”
Adi:          “Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar”
Sita:         “soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan”
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Budi, ia terlihat rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
Banu:      “Bud,kamu sudah selesai?”
Budi:        “Belum, tinggal 3 soal lagi”
Banu:      “Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 Bud!”
Budi:        “Tidak Bisa Ban,”
Banu:      “Kenapa? Kita sahabat bud, kita harus kerjasama”
Dini:         “Iya Bud, kita harus kerja sama”
Adi:          “Iya, kamu kan yang paling pintar disini bud”
Budi:        “tapi bukan kerjasama seperti ini teman-teman”
Sita:         “Kenapa memang Bud? Hanya 5 soal saja!”
Budi:        “Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosa nya sama. Aku tidak mau mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta maaf”
Sita:         “Tapi saat ini, sangat mendesak Bud”
Dini:         “Iya Bud, bantu kami”
Budi:        “tetap tidak bisa”
Adi:          “yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud, dan kami urus diri kami sendiri.” (marah dan kesal)
Banu:      “biarkan, kita lihat di buku saja”
Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.
Sita:         “Bagaimana Ban? Ada tidak?
Banu:      “ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C”
Kareana suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka berempat.
Guru:      “Kalian ini, mencontek terus. Keluar kalian”
Mereka berempat di hukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Banu:      “Aku tidak menyangka akan seperti ini”
Dini:         “Aku juga tidak menyangka, akan dihukum”
Sita:         “Seharusnya kita belajar ya”
Adi:          “Iya, Budi benar”
Banu:      “Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!”
Sita:         “Aku menyesal!”
Adi,Dini&Banu:   “Aku juga” bersama
Setelah itu Budi keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Budi ikut berdiri hormat seperti yang lain.
Dini:         “kenapa bud? Kamu di hukum juga?”
Budi:        “Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga.
                                Kita sahabat kan? Aku ingin kita bersama”
Sita:         “aku berharap ini menjadi pelajaran kita semua”
Dini:         “dan tidak kita ulangi lagi”
Adi:          “Kita sahabat sejati”

Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan.

Unknown

Author & Editor

Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.